Pages

Mari berbagi cinta....

Terimakasih...Ini hanya blog sederhana,yang bermaksud mengajak anda lebih mengenal anak bangsa yang begitu luar biasa...Saya rasa anda adalah orang yang tidak kalah luar biasa...Nice to meet you!!!
Subscribe:

Popular Posts

Celoteh Saya...

Alhamdulillah, saya diberikan kesempatan untuk mengajak anda lebih peduli dengan nasib anak bangsa yang begitu LUAR BIASA!!!InsyaAllah saya akan berusaha memposting hal-hal yang Luar biasa tantang mereka yang Luar biasa,,agar anda lebih terinspirasi oleh mereka...
Ini hanya hal yang kecil tapi LUAR BIASA DARI PUTRA-PUTRI NEGERI...

Total Tayangan Halaman

Blogger templates

Mengenai Saya

Foto saya
Saya hanya manusia biasa, yang tertarik pada hal-hal yang luar biasa....

Pengikut

Minggu, 30 Oktober 2011

Tunadaksa Pemain Gitar dengan Kaki
Published on 09-10-2008Email To Friend    Print Versio



Rekoris : Alberta Aceng Dani Setiawan
Aceng seorang penyandang tunadaksa, mampu bermain gitar dengan menggunakan kedua kakinya sambil bernyanyi. Selain itu dia juga dapat melukis, menyetir mobil dan main piano.MESKIPUN SAYA BELUM PERNAH MENEMUI BELIAU, SAYA PERNAH MELIHATNYA DI SEBUAH ACARA TV

.Mendengar kisah hidupnya yang begitu luar biasa!!Tidak mudah menyerah, meskipun ia bercerita pernah hampir bunuh diri karena keputusasaan. Ketika itu, ia sedang tersengat virus cinta kepada seorang gadis pujaan hatinya, tapi apa daya dengan kecacatannya ia ditolak mentah-mentah dan sedikit penghinaan dari orang tua si pujaan hati. Alhasil kekecewaan dan kekecewaan menderanya saat itu.Dan terbesit niat untuk mengakhiri hidupnya. "Ada 2 cara ampuh untuk bunuh dira yang saya fikirkan, yang pertama saya berniat minum baygon, tapi kemudian saya mengingat bahwa tetangga saya ada yang mencoba minum baygon tapi tidak mati.Kemudian saya putuskan untuk gantung diri, tapi bagaimana saya gantung diri?klo masang talinya saja saya tidak bisa. Mau minta bantuan tetangga saya, tapi gak ada yang mau, takut katanya. Ya sudah saya tidak jadi bunuh diri!!!hehehe!",begitu ujarnya di acara KICK ANDY MetroTV.
         
Read More..

Senin, 17 Oktober 2011

Autis dan Tuna Grahita, Beda!

Hati-hati memberikan layanan pendidikan terhadap anak-anak yang sulit berkomunikasi, keliru pendekatan dan terapi sangat beresiko menghambat perkembangan intelegensia anak. Tidak selamanya anak-anak yang sulit berkomunikasi itu adalah anak tuna grahita. Bisa jadi anak yang bergejala demikian tergolong autisme. Antara autisme dan tuna grahita terdapat perbedaan mendasar sehingga perlakuan yang diberikan pun harus berbeda. 

Menurut Eko Djatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan SLB Depdiknas, Autisme adalah anak yang mengalami gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris, pola bermain, dan emosi. Penyebabnya karena antar jaringan dan fungsi otak tidak sinkron, ada yang maju pesat sedangkan yang lainnya biasa-biasa saja.Survey menunjukkan anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi menengah ke atas.
Adapun tuna grahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di bawah rata-rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi syarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti ini lahir dari ibu kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Sepintas, anak-anak autis dan tunagrahita memang sama-sama sulit berkomunikasi, tetapi dalam perkembangannya, pada situasi tertentu anak-anak autis bisa lebih cerdas membahasakan sesuatu. Autisme hanyalah satu dari delapan jenis kelainan gejala khusus yang menjadi sasaran layanan pendidikan khusus yang kini dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat. Jenis-jenis kelainan lainnya mencakup tuna netra (gangguan penglihatan), tuna daksa (kelainan pada alat gerak/tulang, sendi, dan otot), tuna grahita (keterbelakangan mental), dan tuna laras (bertingkah laku aneh).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, saat ini  sekitar 1,5 juta anak di Indonesia yang mengalami kelainan seperti itu. Namun, karena terbatasnya sarana pendidikan luar biasa, baru kurang lebih 50. 000 anak mengenyam pendidikan. Sesuai Deklarasi Salamanca 1994 dan UU Sisdiknas, anak berkebutuhan khusus harus mendapatkan pendidikan setara dengan anak-anak lainnya. (Disadur dari: Spirit Edisi 8 Tahun I, Desember 2006)
Read More..

Jumat, 14 Oktober 2011

Education For All

Pendidikan Luar Biasa (Special Education) telah berkembang dari sistem segregasi (Sekolah Luar Biasa atau Sekolah Khusus) dimana layanan pendidikan bagi anak luar biasa diselenggarakan di sekolah luar biasa atau sekolah khusus yang terpisah dari teman sebaya pada umumnya, dengan layanan pendidikan yang sama bagi semua tanpa membedakan perbedaan individual. Secara berangsur-angsur sistem berkembang sampai sesepenuhnya integrasi (terpadu) yaitu dimana anak luar biasa diterima di sekolah regular dengan keharusan anak menyesuaikan kurikulumyang digunakan oleh sekolah tersebut, pada mata pelajaran tertentu anak luar biasa ada di kelas khusus hingga anak luar biasa berada di dalam kelas biasa dengan bimbingan khusus untuk mata pelajaran tertentu.

Layanan pendidikan bagi anak luar biasa mengalami banyak perubahan . Perubahan-perubahan dalam pendidikan bagi anak luar biasa ini termasuk perubahan dalam kesadaran dan sikap, keadaan, metodologi, penggunaan konsep-konsep terkait dan sebagainya. Layanan pendidikan bagi anak luar biasa terus berkembang dan diperjuangkan agar anak luar biasa mendapatkan hak yang sama dengan anak pada umumnya dalam pendidikan. Muncullah pendidikan inklusi yang merupakan perkembangan terkini dari model bagi anak luar biasa yang secara formal kemudian ditegaskan dalam pernyataan Salamanca pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan Berkelainan pada bulan Juni 1994 bahwa “prinsip mendasar dari pendidikan inklusi adalah selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka”.
Pendidikan inklusi memiliki pengertian yang beragam. Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menentang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar siswa-siswanya berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.
Pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua anak termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus atau anak luar biasa di sekolah atau lembaga pendidikan (diutamakan yang terdekat dengan tempat tinggal anak) bersama dengan teman-teman sebayanya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak.(Tim Pendidikan Inklusi Jawa Barat, 2003:4)
Pendapat lain mengatakan Pendidikan Inklusi adalah pendidikan yang memberikan layanan kepada setiap anak tanpa terkecuali. Pendidikan yang memberikan layanan terhadap semua anak tanpa memandang kondisi fisik, mental, intelektual, sosial, emosi, ekonomi, jenis kelamin, suku, budaya, tempat tinggal, bahasa dan sebagainya. Semua anak belajar bersama-sama, baik di kelas/ sekolah formal maupun nonformal yang berada di tempat tinggalnya yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing anak. (Pendidikan yang Terbuka Bagi Semua, Djuang Sunanto, 2004:3)
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi adalah:
1)Pendidikan yang mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, emosional, sosial maupun kondisi lainnya.
2)Pendidikan yang memungkinkan semua anak belajar bersama-sama tanpa memandang perbedaan yang ada pada mereka.
3)Pendidikan yang berupaya memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan kemampuannya.
4)Pendidikan yang dilaksanakan tidak hanya di sekolah formal, tetapi juga di lembaga pendidikan dan tempat lainnya.
Read More..

tempelan penuh warna

tempelan penuh warna